Islam dan Khazanah Keilmuan
Oleh : Fadhil Escepe
Kata ilmu dalam bahasa arab berasal dari kata (‘ain-lam-mim) yang mana Ibnu Faris memaknainya dengan dampak sesuatu yang dapat membedakan dari yang lain. Tidak jauh berbeda dengannya, Raghib al-Ashfahani mengatakan bahwa ilmu adalah mengetahui hakikat akan sesuatu. Dalam Al-Quran, dengan berbagai derivasinya kata ilmu terulang sebanyak 854 kali. Adapun derivasi tersebut dalam bentuk sebagai berikut; ‘alima , ya‘lamu, i‘lam , ‘allama , yu‘alimu, yata’allamu, ‘ilmun, ‘alim, a’lam, ma‘lum, ‘alamin, ‘alamat, ‘aliim, ‘allam , mu‘allam. Namun, jika kita mengkhususkan pada kata “ilmu” dalam Al-Quran ia terulang sebanyak 105 kali. Dengan jumlah sekian banyak menandakan bahwa Al-Quran sangat mengutamakan kedudukan ilmu didalamnya.
Dalam surat Az-Zumar ayat 9 Allah telah membedakan antara orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu:
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
Artinya:
9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Dari ayat diatas jelas disebutkan bahwa orang-orang yang mengetahui (berilmu) tidak sama dengan orang-orang yang tidak mengetahui. Perbedaan antara keduannya akan sangat berpengaruh dalam tindakan sehari-hari. Akan terlihat jelas bagaimana cara orang-orang cerdas menyelesaikan masalah sangat berbeda dengan mereka yang ceroboh, tidak memikirkan implikasi dari apa yang telah dilakukannya. Orang yang berilmu tentu lebih futuristik, yang telah memikirkan dampak dari perbuatan yang dilakukannya.
Keilmuan senantiasa akan membawa umat manusia kepada ketentraman, akan membebaskannya dari keterbelengguan hidup karena ilmu sejatinya akan menyelesaikan permasalahan dengan bijak. Sebaliknya, kebodohan merupakan petaka terbesar bagi umat manusia. Ia akan merumitkan permasalahan yang ada karena ketidakcerdasan dalam menghadapinya.
Kemudian dalam surat Al-Mujadilah ayat 11 Allah juga telah mengangkat derajat orang-orang berilmu baik di bumi maupun di akhirat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya:
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dari ayat ini juga sangat terang dikatakan bahwa orang-orang berilmu senantiasa memiliki derajat yang tinggi disisi Allah. Orang-orang berilmu menjadi orang yang terpandang didunia karena keilmuannya, mereka juga mendapat tempat tempat yang layak disisi Allah di akhirat kelak. Nabi SAW juga pernah menyatakan bahwa siapa yang ingin memperoleh (kemuliaan) dunia maka hendaklah ia berilmu, barang siapa yang ingin memperoleh (keselamatan) akhirat maka juga dengan ilmu, dan barangsiapa yang ingin memperoleh keduanya—kemuliaan dunia dan keselamatan akhirat—maka juga melalui ilmu. Sangat banyak dalil keagamaan yang yang menyatakan tentang keutamaan ilmu karena ia merupakan poros peradaban dan pusat kemajuan suatu umat.
Hakikat ilmu itu terletak pada solving problemnya, ketika ilmu itu tidak bisa menyelesaikan permasalahan di muka bumi ini, maka ilmu itu tidak bisa dikatakan bermanfaat. Karena Allah menganugerahkan ilmu kepada manusia sebagai perangkat solving problem, agar manusia bisa menepis semua permasalahan yang menghambat kehidupannya.
Jika kita mencoba untuk sedikit bernostalgia bagaimana turunnnya wahyu pertama (surah Al-Alaq), maka firman tuhan yang pertama ini (surah Al-Alaq ayat 1-5) juga berbicara tentang khazanah keilmuan. Sebagai wahyu pertama, khazanah keilmuan merupakan syarat mutlak untuk menguasai peradaban dunia. Dalam ayat ini Rasulullah diperintahkan untuk belajar baca-tulis (iqra’ - qalam) sebelum menjadikan peradaban Islam yang menggetarkan jazirah arab bahkan menggetarkan dunia. Dengan keilmuan, rasulullah kemudian mencetak generasi sahabat sebagai generasi terbaik dalam sejarah yang ada dalam peradaban islam. Tentunya ilmu disini berkaitan erat dengan moralitas dan akhlaqul karimah. Islam tidak memisahkan antara intelektualitas dan spiritualitas, karena keduanya saling berkaitan (intergrated-interconnected), saling menunjang satu dengan yang lainnya.
Ilmu juga dapat mengekalkan amal, pahalanya akan terus mengalir walaupun jasad telah dikubur karena selain sedekah jariyah dan anak yang shalih, ilmu yang bermanfaat juga termasuk dalam kategori amal yang pahalanya tidak terputus walau seseorang telah meninggal dunia. Dari pernyataan tersebut juga dapat dilihat bahwa ilmu tidak saja bermanfaat didunia, tetapi juga bermanfaat bagi kehidupan akhirat. Dengan ilmu yang pernah diajarkan kepada orang lain, seseorang akan selalu memperoleh keuntungan darinya, selama ilmu itu bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, walaupun tidak lagi berada di alam dunia ini. Pahala-pahala kebaikan ini akan terus mengalir sebagai pendongkrak amal kebaikan.
Wallahu a’lamu bishshawab
Komentar
Posting Komentar